New York International Auto Show 2025 menjadi saksi bisu gemuruh tepuk tangan saat Kia EV3 dinobatkan sebagai World Car of the Year 2025, sebuah mahkota prestisius dalam kancah World Car Awards. Mobil listrik kompak ini tak sekadar memikat para juri dengan estetika futuristiknya, namun juga menghembuskan angin segar bagi industri otomotif global yang tengah mesra dengan era elektrifikasi berkelanjutan.
Dalam persaingan sengit melawan 30 kandidat dari berbagai merek terkemuka, Kia EV3 tampil sebagai pemenang berkat perpaduan apik antara inovasi teknologi mutakhir, komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, dan nilai guna praktis yang jarang ditemui di kelas SUV listrik kompak. Keputusan final ini lahir dari penilaian 96 juri otomotif internasional yang berasal dari 30 negara, termasuk para jurnalis, analis, dan pakar mobilitas terkemuka. “EV3 lebih dari sekadar mobil listrik. Ia adalah representasi jawaban atas kebutuhan zaman ini: desain yang memukau, teknologi cerdas yang intuitif, dan yang terpenting, aksesibilitas untuk semua kalangan,” ujar salah satu juri asal Jerman, menggarisbawahi daya tarik universal mobil ini.
Kemenangan ini mencatatkan tinta emas sebagai yang keenam bagi Kia dalam lima tahun terakhir di ajang yang sama bergengsinya. Sebelumnya, gelar serupa diraih oleh EV9 (World Car of the Year 2024), EV6 GT (World Performance Car 2023), dan Soul EV (World Urban Car 2020). “Penghargaan ini adalah bukti nyata konsistensi Kia dalam menghadirkan solusi mobilitas yang tidak hanya revolusioner dan berorientasi masa depan, tetapi jugaHumanis dan dekat dengan kebutuhan penggunanya,” tegas Ho Sung Song, Presiden dan CEO Kia, dalam pidato sambutanny dalam siaran resminya, Kamis (17/4/2025)..
Mengadopsi filosofi desain Opposites United yang sebelumnya sukses diterapkan pada EV9, EV3 hadir dengan eksterior yang memancarkan keberanian melalui garis-garis tajam dan proporsi dinamis. Kontras yang menarik tercipta saat memasuki kabinnya yang terasa lapang dan dirancang layaknya ruang keluarga modern. Kursi-kursi ergonomis yang dibalut material daur ulang menyambut pengemudi dan penumpang, sementara panel kontrol minimalis berbasis kecerdasan buatan (AI) memberikan kemudahan interaksi. Sistem penyimpanan modular yang fleksibel semakin menambah nilai praktis, memungkinkan pengguna mengatur ruang sesuai kebutuhan. “Kami memiliki visi agar EV3 menjadi perpanjangan dari gaya hidup penggunanya. Setiap detail di dalamnya dirancang dengan cermat untuk memberikan kenyamanan bagi berbagai generasi,” jelas Karim Habib, kepala desain Kia, tentang filosofi di balik interior EV3.
Dari segi performa, Kia EV3 membuktikan diri sebagai yang terdepan di kelasnya dengan jarak tempuh impresif hingga 605 km dalam sekali pengisian daya. Teknologi pengisian ultra-cepat memungkinkan pengisian baterai dari 10% hingga 80% hanya dalam waktu 31 menit, menjadikannya andalan untuk perjalanan jauh maupun mobilitas sehari-hari di perkotaan. Tak ketinggalan, fitur Advanced Driver Assistance Systems (ADAS) generasi terbaru hadir untuk memberikan pengalaman berkendara yang lebih aman dan nyaman, termasuk kemampuan navigasi semi-otonom di jalan tol. Pembaruan Over-the-Air (OTA) juga memastikan sistem mobil selalu dalam kondisi terkini.
Lebih dari sekadar pencapaian teknis, kemenangan EV3 adalah representasi nyata dari misi Kia untuk mendemokratisasikan mobil listrik. Dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan EV9, EV3 membidik generasi muda urban dan keluarga kecil yang memiliki kesadaran lingkungan tinggi namun tetap mengedepankan gaya hidup modern. “Kami memiliki keyakinan bahwa elektrifikasi seharusnya bukan lagi menjadi barang mewah eksklusif, melainkan sebuah pilihan rasional yang dapat diakses oleh siapa saja,” imbuh Ho Sung Song, menegaskan komitmen perusahaan terhadap inklusivitas.
Strategi ini terbukti membuahkan hasil yang menggembirakan. Sejak peluncurannya pada akhir 2024, EV3 telah mencatatkan penjualan lebih dari 150.000 unit di 40 negara. Di Eropa, permintaan yang tinggi bahkan melampaui ketersediaan pasokan, memaksa Kia untuk meningkatkan kapasitas produksi di pabrik mereka di Slovakia. Sementara di pasar Asia, EV3 menjadi primadona di negara-negara seperti Korea Selatan dan Tiongkok, salah satunya berkat fitur Vehicle-to-Load (V2L) yang inovatif, memungkinkan mobil berfungsi sebagai sumber daya listrik darurat untuk perangkat rumah tangga.
Penghargaan World Car of the Year 2025 semakin memperkokoh ambisi besar Kia dalam peta elektrifikasi global. Sesuai dengan rencana strategis perusahaan, Kia menargetkan 40% dari total penjualan mereka pada tahun 2030 akan berasal dari kendaraan listrik, dengan 15 model EV baru yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan. “EV3 memegang peranan krusial dalam strategi ini. Ia menjadi jembatan penghubung yang esensial antara segmen mobil listrik premium dan massal,” jelas Habib, menggambarkan posisi strategis EV3 dalam portofolio Kia.
Tidak hanya berfokus pada inovasi produk, Kia juga menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan. Perusahaan berencana untuk menggunakan material daur ulang pada 30% komponen interior EV3 pada tahun 2026, serta aktif mengembangkan teknologi baterai solid-state yang lebih efisien dan aman. Langkah-langkah ini sejalan dengan visi Clean Mobility Kia untuk mencapai target net-zero emission di seluruh rantai pasok mereka pada tahun 2045.
Pengakuan atas keunggulan Kia EV3 juga datang dari berbagai penjuru dunia. AutoBild Jerman menyebutnya sebagai “kombinasi sempurna antara desain ikonis dan teknologi hijau yang terjangkau.” Sementara Car and Driver AS memberikan pujian setinggi langit dengan menyatakan, “Ini bukan sekadar mobil tahun ini, tapi cetak biru untuk masa depan otomotif.” Dari Tanah Air, komunitas EV Indonesia memberikan catatan menarik, “Harganya mungkin masih tinggi, tapi fitur V2L-nya sangat cocok untuk kondisi jalan di sini.“
Dengan menyandang gelar World Car of the Year 2025, Kia EV3 tidak hanya membawa pulang piala kemenangan, tetapi juga membawa harapan baru akan masa depan mobilitas yang lebih bersih dan dapat diakses oleh semua. Seperti yang diungkapkan oleh Ho Sung Song, “Ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari sebuah revolusi yang jauh lebih besar.”