Di tengah tantangan ketimpangan gender yang masih membayangi Kalimantan Barat, secercah harapan muncul melalui kolaborasi The Asia Foundation (TAF) dan DBS Foundation. Mereka bahu-membahu meluncurkan program bertajuk SHE CAN, sebuah inisiatif ambisius yang membidik pemberdayaan 80.000 perempuan rentan di provinsi tersebut selama periode 2024-2027. Lebih dari sekadar bantuan, SHE CAN hadir sebagai akselerator inklusi keuangan, merangkai pelatihan, pendampingan, dan literasi finansial yang terintegrasi untuk mengikis keterbatasan dan membuka pintu kemandirian ekonomi bagi kaum perempuan.
Peluncuran program yang dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk perwakilan pemerintah daerah dan kementerian, ini menjadi penanda komitmen kuat untuk mengatasi paradoks yang terjadi di Kalimantan Barat. Meskipun indeks inklusi keuangan di provinsi ini tergolong cukup baik (84,16%), ironisnya, indeks ketimpangan gender justru cukup tinggi (0,52%). Hal ini mengindikasikan bahwa akses terhadap sumber daya ekonomi dan politik belum sepenuhnya merata bagi kaum perempuan. Situasi diperparah dengan meningkatnya ketimpangan gender dalam dua tahun terakhir, penurunan Indeks Pemberdayaan Gender, dan lonjakan angka kekerasan terhadap perempuan, terutama di ranah domestik. Kondisi inilah yang mendesak intervensi terfokus untuk memperkuat kemandirian dan perlindungan perempuan.
Hana Satriyo, Country Representative The Asia Foundation Indonesia, menegaskan bahwa SHE CAN selaras dengan misi organisasi untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kepemimpinan perempuan. Dukungan dari DBS Foundation dipandang sebagai investasi strategis dalam mengembangkan keterampilan dan aspirasi perempuan, yang diharapkan akan membawa perubahan positif dan transformasi signifikan bagi komunitas lokal. Senada dengan hal tersebut,
Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari alokasi dana besar DBS Foundation untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat rentan di Indonesia, dengan perempuan sebagai salah satu fokus utama. Keyakinan bahwa pemberdayaan perempuan adalah kunci perubahan berkelanjutan mendorong DBS untuk berkomitmen meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan, pelatihan, dan peluang ekonomi, sejalan dengan visi Impact Beyond Banking.
Kompleksitas inklusi keuangan di Indonesia secara umum terletak pada jurang antara tingginya akses layanan keuangan (indeks inklusi 85,1%) dan rendahnya tingkat literasi keuangan (indeks literasi 49,68%). Fenomena ini tercermin dari maraknya kasus investasi bodong dan korban pinjaman serta perjudian online ilegal. Di Kalimantan Barat, meskipun indeks literasi keuangan sedikit lebih tinggi (51,95%), pencapaian inklusi keuangannya justru sedikit di bawah rata-rata nasional (84,16%). Lebih dalam lagi, kajian program SHE CAN mengungkap fakta yang lebih mencengangkan: tingkat inklusi di kalangan perempuan rentan dan berpenghasilan rendah di Kalimantan Barat jauh tertinggal, dengan hanya 67% yang memiliki rekening bank, 38% yang mengakses pinjaman formal, dan 24% yang menggunakan e-wallet. Data ini dengan jelas menunjukkan adanya ketimpangan nyata antara data inklusi keuangan secara umum dan realita yang dihadapi kelompok perempuan rentan di akar rumput.
SHE CAN hadir sebagai katalisator penting untuk mempercepat kesetaraan gender bagi perempuan rentan, sekaligus mendorong pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif di Kalimantan Barat. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ketika perempuan memiliki daya beli dan kontrol atas keuangan, mereka cenderung memprioritaskannya untuk pendidikan anak dan kesehatan keluarga, yang secara langsung berkontribusi pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam jangka panjang. Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Amurwani, S.Sos, Mhum, berharap program ini dapat menjadi akselerator bagi perempuan marjinal untuk mengembangkan potensi diri, meningkatkan daya saing, kesejahteraan, serta mendapatkan akses dan kesempatan yang setara dalam pembangunan.
Ignasius IK, SH., M.Si, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Kalimantan Barat, mewakili Gubernur, menyampaikan bahwa program ini sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat 2025-2030 yang menjadikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sebagai prioritas pembangunan daerah. Optimisme tinggi diungkapkan atas kolaborasi dengan TAF, DBS Foundation, dan berbagai pihak untuk mempercepat dan memperluas akses keuangan melalui program SHE CAN, dengan harapan memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat, khususnya perempuan di Kalimantan Barat.
Studi kualitatif yang dilakukan TAF di tujuh kabupaten/kota Kalimantan Barat pada awal tahun 2025 menjadi landasan perancangan program SHE CAN. Hasil studi tersebut mengungkap berbagai hambatan struktural dan kultural yang dihadapi perempuan rentan dalam mengakses layanan keuangan, termasuk keterbatasan literasi keuangan, ketiadaan identitas resmi, serta norma sosial yang seringkali menempatkan laki-laki sebagai pengambil keputusan utama dalam keluarga. Selain itu, banyak perempuan dari kelompok rentan terpaksa menjalankan usaha informal karena kesulitan memenuhi persyaratan lembaga keuangan formal, yang pada akhirnya membatasi peluang ekonomi dan kemandirian mereka. Meskipun demikian, studi juga menemukan kebiasaan menabung yang cukup tinggi di kalangan perempuan Kalimantan Barat, meskipun pengelolaan keuangan rumah tangga seringkali tidak tercatat dengan baik, serta adanya keinginan kuat untuk menjadi lebih mandiri secara finansial.
Berbekal hasil studi ini, program pelatihan literasi dan inklusi keuangan SHE CAN dirancang secara relevan dan aplikatif bagi 80.000 perempuan rentan. Melalui kemitraan dengan PPSW Borneo, CU Keling Kumang, dan Krealogi, SHE CAN akan merekrut 400 fasilitator komunitas melalui pelatihan khusus (Training of Facilitators), dan selanjutnya menyelenggarakan ratusan pelatihan dan pendampingan di berbagai komunitas untuk menjangkau target 80.000 perempuan. Kurikulum SHE CAN yang didanai oleh DBS Foundation untuk periode 2025-2027 akan disajikan secara interaktif, kontekstual, dan aplikatif, menggabungkan metode tatap muka dan daring, permainan, latihan, pendekatan partisipatif, serta pendampingan berkelanjutan. Untuk memastikan dampak jangka panjang, program ini juga akan membentuk Jaringan Fasilitator Literasi Keuangan Kalbar, yang bertugas mengelola aset pengetahuan dan mengawal keberlanjutan program.