Di sudut Desa Tegeh Sari, Bali, seorang pemuda bernama Gede Andika berbagi semangat dengan puluhan anak muda. Matanya berbinar saat ia membuka lembaran kisah suksesnya mengubah sampah menjadi pundi-pundi rupiah. “Ini bukan sekadar soal ide kreatif, tapi keberanian untuk memulai,” ucapnya, sebuah resonansi dari 726 penerima apresiasi SATU Indonesia Awards lainnya. Mereka, para pionir perubahan ini, kini menjadi garda terdepan gerakan Astra dalam mewujudkan desa-desa yang berdaya. Lebih dari sekadar pemenang, mereka adalah katalisator yang mengalirkan dampak positif hingga ke pelosok negeri, berkolaborasi erat dengan Astra.
Sinergi yang terjalin dalam program Astra ini jauh melampaui sekadar tanggung jawab sosial perusahaan. Ini adalah sebuah ekosistem pemberdayaan yang mempertemukan tiga elemen penting: para penerima SATU Indonesia Awards yang inspiratif dengan jejak rekam di berbagai bidang, Desa Sejahtera Astra yang berfokus pada ekonomi berkelanjutan, dan Kampung Berseri Astra yang mengedepankan pembangunan sosial-lingkungan. Kolaborasi ini telah menumbuhkan aksi nyata di berbagai penjuru.
Di Semarang, Resika Caesaria, sang “Ratu Cimol,” mentransformasi 60 UMKM lokal menjadi pemain yang lebih kompetitif melalui pelatihan pengemasan dan strategi digital. Sementara itu, di Medan, Yuli Yanika dan Edi Syahputra membekali 40 siswa SD dengan literasi digital dan bahasa isyarat, sembari menanamkan kesadaran lingkungan lewat permainan interaktif. Di Bali, Star Bootcamp hadir sebagai wadah bagi generasi muda untuk menggali potensi diri bersama mentor dari beragam latar belakang. “Ini seperti merangkai titik-titik terang di tengah tantangan pedesaan. Setiap pihak memiliki peran uniknya, dan Astra hadir sebagai jembatannya,” ungkap Boy Kelana Soebroto, Chief of Corporate Affairs Astra.
Komitmen Astra untuk menciptakan dampak yang meluas bukanlah sekadar wacana. Setelah keberhasilan di tiga wilayah percontohan, program ini akan merambah ke 30 kota di 25 provinsi. Tujuannya jelas: membangun rantai keberlanjutan yang memberdayakan masyarakat sebagai agen perubahan, tidak hanya bergantung pada uluran tangan Astra. Kunci dari semua ini adalah pendekatan yang berbasis kearifan lokal. Setiap inisiatif dirancang sesuai dengan kebutuhan spesifik masing-masing daerah. Di Bali, fokusnya adalah pariwisata berkelanjutan dan ekonomi kreatif. Medan menekankan pada pendidikan inklusif dan kesehatan reproduksi remaja. Sedangkan Semarang memprioritaskan pendampingan UMKM berbasis potensi agroindustri. “Kami tidak ingin menjadi pahlawan super yang datang lalu menghilang. Melalui perwakilan wilayah SATU Awards, kami memastikan perubahan ini terus bergulir dan membesar,” imbuh Boy.
Lebih dari sekadar seremoni penghargaan tahunan, SATU Indonesia Awards telah bertransformasi menjadi sebuah gerakan sosial yang solid. Sejak tahun 2010, ajang ini telah melahirkan ribuan inisiator seperti Gede Andika di Bali dan Reza Riyady di Medan, yang kini menjadi motor penggerak di komunitas mereka. Dengan dukungan Astra, jaringan mereka tumbuh menjadi sebuah komunitas kolaboratif yang saling menguatkan. Ambil contoh Achmad Sofiyudin, penerima apresiasi tahun 2017 dari Temanggung, yang kini aktif menjadi mentor bagi UMKM di Jawa Tengah. “Dulu saya hanya pemilik usaha kecil. Sekarang, berkat ilmu dari Astra, saya bisa membantu puluhan UMKM lain untuk naik kelas,” tuturnya.
Astra telah membuktikan bahwa kolaborasi yang sesungguhnya mampu melahirkan perubahan yang signifikan. Dengan merangkul para penerima SATU Awards, Desa Sejahtera Astra, dan Kampung Berseri Astra, mereka menciptakan sebuah model pemberdayaan yang tidak hanya efektif direplikasi tetapi juga mudah beradaptasi dengan konteks lokal. Ke depan, program ini diharapkan tidak hanya menjawab tantangan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin 8, 11, dan 17, tetapi juga menginspirasi perusahaan lain untuk turut berkontribusi lebih dari sekadar memberikan bantuan, melainkan membangun ekosistem yang mandiri dan berkelanjutan. “Perubahan besar selalu berawal dari langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten. Di sini, kita bersama-sama sedang menulis babak baru bagi Indonesia yang lebih berdaya,” pungkas Boy, menutup kisah tentang bagaimana api kemandirian desa dinyalakan dari panggung perubahan.