Astra Catat Laba Rp Rp 83,4 triliun, Tumbuh Tipis 3%

PT Astra International Tbk (ASII) baru saja merilis laporan keuangan untuk kuartal pertama tahun 2025. Dalam tiga bulan pertama ini, Astra mencatatkan laba bersih per saham sebesar Rp182 (tidak termasuk penyesuaian nilai wajar), menurun sebesar 9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh turbulensi di sektor komoditas, di mana bisnis pertambangan batu bara Astra merasakan dampak signifikan dari merosotnya harga batu bara. Selain itu, curah hujan tinggi turut menghambat kinerja bisnis jasa penambangan.

Di sisi lain, sektor otomotif menunjukkan ketangguhannya di tengah pasar nasional yang sedang lesu. Meskipun penjualan mobil Astra sedikit terkoreksi, performa bisnis sepeda motor justru mengalami peningkatan, menahan penurunan yang lebih dalam. Pangsa pasar Astra di kedua segmen ini tercatat tetap kuat (resilient).

Kabar baiknya? Diversifikasi portofolio Astra kembali membuktikan kekuatannya. Kontribusi yang lebih besar dari lini bisnis jasa keuangan, infrastruktur, dan agribisnis berhasil mengimbangi tekanan dari sektor pertambangan dan otomotif.

Grup Astra membukukan pendapatan bersih sebesar Rp83,4 triliun, tumbuh tipis 3% dibandingkan Kuartal I 2024. Laba Bersih: Laba bersih tercatat Rp7,4 triliun (sebelum penyesuaian nilai wajar), turun 9% secara tahunan. Jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar investasi di GoTo dan Hermina, laba bersih menjadi Rp6,9 triliun (turun 7%)

Posisi keuangan Astra tetap solid dengan ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp221,4 triliun, meningkat 4% dibandingkan akhir tahun 2024. Aset Bersih per Saham: Mengalami kenaikan 4% menjadi Rp5.468.

Otomotif & Mobilitas: Laba bersih turun 4% menjadi Rp2,7 triliun, tertekan oleh penurunan volume penjualan mobil. Namun, bisnis komponen otomotif (Astra Otoparts) justru mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 7%. Bisnis mobil bekas (OLXmobbi) juga menunjukkan pertumbuhan penjualan yang menggembirakan, naik 24%.

Jasa Keuangan: Menjadi penopang dengan kenaikan laba bersih 3% menjadi Rp2,1 triliun, didorong oleh pertumbuhan pembiayaan konsumen.

Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi & Energi: Mengalami penurunan laba bersih signifikan sebesar 30% menjadi Rp2 triliun, akibat harga batu bara yang menurun dan kendala operasional jasa penambangan karena curah hujan. Namun, penjualan alat berat Komatsu justru melonjak 23%, dan bisnis pertambangan emas juga mencatatkan kinerja positif.

Agribisnis menyumbang kabar baik dengan kenaikan laba bersih 20% menjadi Rp221 miliar, didukung oleh kenaikan harga minyak kelapa sawit dan volume penjualan yang lebih tinggi.

Infrastruktur melanjutkan tren positif dengan pertumbuhan laba bersih 54% menjadi Rp260 miliar, didorong oleh peningkatan lalu lintas dan tarif tol.Teknologi Informasi: Mencatatkan pertumbuhan laba bersih tertinggi, yakni 64% menjadi Rp36 miliar, berkat peningkatan pendapatan dari solusi TI dan marjin usaha yang lebih baik.

Properti: stabil dengan kenaikan laba bersih 4% menjadi Rp47 miliar, didukung oleh tingkat hunian Menara Astra yang lebih tinggi.

Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro, menyampaikan bahwa penurunan laba bersih di kuartal pertama ini mencerminkan kondisi ekonomi yang masih lemah dan normalisasi harga batu bara. Namun, beliau menekankan resiliensi portofolio Astra yang terdiversifikasi mampu mengimbangi tekanan tersebut. “Kami akan terus memantau perkembangan kondisi makroekonomi seraya tetap fokus menjaga disiplin keuangan dan operasional Grup. Didukung oleh neraca keuangan yang kuat, portofolio Grup yang terdiversifikasi berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang,” ujar Djony Bunarto Tjondro dalam siaran resmi, Rabu (21/5/2025)

Laporan keuangan kuartal I 2025 menunjukkan bahwa Astra menghadapi tantangan pasar, terutama dari sektor komoditas. Namun, kekuatan diversifikasi bisnisnya mampu menahan penurunan kinerja yang lebih dalam. Kinerja positif dari sektor jasa keuangan, infrastruktur, dan agribisnis menjadi kunci penyeimbang. Ke depan, kemampuan Astra dalam beradaptasi dengan dinamika pasar dan memanfaatkan peluang pertumbuhan akan menjadi penentu kinerja selanjutnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *