Di tengah deru mesin yang menderu dan sorak-sorai lebih dari 200.000 penonton di Sirkuit Le Mans, Johann Zarco melintasi garis finis dengan kedua tangan menggenggam udara — sebuah gestur kemenangan yang lebih dari sekadar euforia. Ini adalah momen pembuktian bagi pembalap berusia 34 tahun itu, yang selama setahun terakhir dianggap sebagai “tulang punggung tua” di tengah dominasi Ducati. Kemenangannya bukan hanya mengakhiri paceklik kemenangan Honda selama 25 bulan, tetapi juga menyalakan api harapan: Zarco mungkin jadi kunci kebangkitan sang raksasa Jepang.
Sejak Marc Marquez hengkang pada 2024, Honda seperti kehilangan kompas. Performa tim pabrikan mereka terpuruk, dengan Joan Mir dan Luca Marini kesulitan meraih poin, apalagi podium. Di tengah kegelapan itu, Zarco — pembalap tim satelit LCR Honda — justru bersinar. Dengan 72 poin, ia membukukan 2x lipat poin Marini dan 6x lipat Mir. “Kami tak menyangka. Zarco adalah bukti bahwa pengalaman dan chemistry dengan motor bisa mengalahkan usia,” ujar seorang insinyur Honda yang enggan disebutkan namanya. Kemenangan di Le Mans, balap yang dianggap “rumah” bagi Honda Prancis, menjadi simbolis: Zarco bukan sekadar pembalap pengganti, tapi pemimpin baru.
Zarco tak menyembunyikan ambisinya. Di konferensi pers pascabalap, ia dengan lantang menyebut: “Saya siap naik level.” Namun, jalan menuju tim pabrikan Honda tak mulus. Lucio Cecchinello, bos LCR, bersikeras bahwa Zarco lebih dibutuhkan di tim satelit. “Dia adalah jantung tim kami. Kepergiannya akan menjadi pukulan besar,” ujarnya. Tapi statistik berbicara lebih keras. Sejak bergabung dengan LCR di 2024, Zarco konsisten mencetak 90% poin Honda. Sementara Marini — yang digadang-gadang sebagai the next Rossi — hanya meraih 37 poin. MotoGP.
Kemenangan Zarco di Prancis bukan hanya tentang strategi atau keberuntungan. Ini adalah kisah kesabaran dan dedikasi. Di usia 34 — tertua di grid — ia melibas pembalap muda seperti Pedro Acosta dan Francesco Bagnaia dengan manuver berani di tikungan Garage Vert. “Motor ini masih bisa diperjuangkan,” ujarnya sambil menepis anggapan bahwa RC213V sudah ketinggalan zaman. “Honda punya sejarah panjang. Saya yakin mereka sedang menyiapkan kejutan untuk 2026.” Faktor “X” lain? Kedatangan sang ibu ke paddock untuk pertama kali dalam 17 tahun. “Dia membawa energi positif. Tapi jangan salah — ini murni kerja keras tim,” canda Zarco, menepis anggapan mistis.
Jika rencana naik ke tim pabrikan terwujud, Zarco akan mengikuti jejak pembalap seperti Dani Pedrosa dan Casey Stoner — legenda yang membawa Honda ke puncak. Tapi tantangannya besar: RC213V 2026 diprediksi akan mengalami perubahan radikal, dan Zarco harus beradaptasi sambil memikul ekspektasi sebagai lead rider. “Tidak ada yang mustahil. Lihat Aleix Espargaro — ia memenangi balap di usia 34 dengan Aprilia. Johann punya semangat yang sama,” kata Carlos Ezpeleta, Direktur Olahraga Dorna.
Kemenangan Zarco di Le Mans bukan akhir, tapi awal dari sebuah revolusi. Bagi Honda, ini sinyal bahwa mereka masih bisa bersaing tanpa bergantung pada nama besar. Bagi Zarco, ini adalah tiket emas menuju tim pabrikan — atau justru awal dari petualangan baru di luar LCR. Satu hal pasti: MotoGP 2026 akan jauh lebih menarik dengan sang “Ksatria Tua” sebagai aktor utamanya.
Foto : Motorsport.com